-Mungkin cuma dengan ini aku tetap bisa mengingat kalian........kawan-
Pagi itu begitu dingin brrr... aku baru saja turun dari mobil yang bentuknya percis dengan kotak sabun. Ku jejakkan kaki di atas con block yang becek karena hujan lebat kemarin. Beberapa anak berlari sekencang2nya menuju kelas mereka mengingat 5 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Di antara mereka, aku hanya jalan pelan, masukkin tangan ke kantong celana, pasang wajah dingin (stay cool)
Aku sadar, gak perlu cepat2 masuk kelas toh hari ini upacara jadi ya selo aja. Sampai di depan musholla kutemukan Pak Udin (guru agama paling ...). Aku hanya lewat di depan dia sambil berkata “Assalamualaikum, Pak”. Lanjut jalan ke kelas, kudapatkan beberapa orang lagi duduk2 sambil bahas hal2 gaje. Beberapa orang menyapaku ketika masuk ke kelas terutama Aan sama Deni. Sibuk mereka berdua menanyakan PR MM yang aku sendiri belum siap.
9a... kelas berantakan, tanah berserakan, wah ini kelas rasanya baru diterjang badai pikirku. Namun, dalam ruangan super kacau itu kutemukan seseorang yang...ehem... (gosah dibahaslah ~_~). Sedikit kucuri pandangan ke wajahnya yang...ehem... hanya untuk melepaskan penatku sehabis begadang kemarin. Langsung ke pojok (waktu itu masih di pojok aku), tas kucampakkan di meja. Di situ kulihat Hafiz lagi sibuk2nya ngerjain PR. “Udah siap njong?” katanya saat aku sedang mencari-cari topi dalam tasku. “Ha? MM, belom2 tar aku minta tanda tanganmu ya wkwk.” Sambungku untuk mencairkan suasana.
Perasaanku mengatakan hari ini akan jadi hari yang kayak biasa. Penuh dengan canda tawa dan kebosanan. Kudapatkan topiku setelah mengorek tasku dalam2. Nggak langsung kupasang sih topiku, kupegang2 dulu, kuremes2 dulu (ntah apa tujuannya). Jalan aku ke pintu kelas sekali lagi ku coba curi pandangan ke...ehem... Aku hanya bisa tersenyum dalam hati melihatnya.
Semua lagi riang gembira, ada yang kekeh, ada yang ketawa sekencang2nya, ada juga yang cumin nyengir. “Napa den? Kok kekeh kali orang ini?” tanyaku pada Deni yang lagi bersandar di pintu depan. “Biasalah njong, Ari kawan kita.” Jawab si Deni dengan gaya selo2nya. Aku tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, ya jadinya aku cuman ngajak kiting turun ke lapangan. Kawan2 yang lain ikut juga ke lapangan, terakhir semua ada di lapangan ~_~.
Aku ingat, hari itu 8a menjadi petugas upacara. Semua kelas bisa dibilang barisannya gak ada yang rapi, sampai guru LEGEND datang -- Mr. Harahap -- . Dengan suara lantangnya kelas 7,8,9 berhasil dibariskannya dengan rapi (wew). Sir Agus naik ke podium (kukira bapak itu mo dangdutan) memberikan aba2 kalo upacara bakalan dimulai.
-Apa yang telah terjadi di antara kita semua adalah satu dari sekian kenangan manis yang ku alami. Kuharap kalian tidak melupakan semuanya meski hanya akan bertemu di kehidupan lain.-
Upacara dimulai, ya kayak biasa lah mulai dari PU masuk lapangan bla bla bla... (aku malas ngetiknya...cape). Akhinya yang kutunggu datang. DOA. Semua murid beroda meminta yang terbaik untuk sekolah (tapi keanya gak pernah dikabulin).
“Upaca selesai. Barisan dibubarkan.”
Yak akhirnya selesai juga 40 menit berdiri tanpa arah dan tujuan yang jelas. Saat mulai kugerakkan kakiku, lengkingan Mr. Harahap menahan semua murid tak terkeceuali aku.
“EEE perhatian, hari ini pengumuman pemenang lomba upacara untuk kelas 9.”
Begitu katanya. Hatiku yang tadi dingin dan selo2 aja, langsung terbakar. Aku antusias ingin tahu apa kelasku mendapat sebuah penghargaan, tapi aku mencoba realistis 9a takkan mungkin mendapatkan juara. --Ingetkan pas kita jadi petugas upacara?? Adalah bendera putus, paduan suara yang eee no komen. Bahkan, Pembina upacara (wali kelas) juga bertele2 dalam menyampaikan pidatonya--.
“Saya akan membacakan kelas2 yang menjadi juara.”
Jantungku mulai berdebar lebih kencang dan lebih kencang, tapi tidak melebihi saat aku bersama seseorang.
“Juara kedua jatuh pada kelas.....”
Jujur meski aku bilang gak bakalan juara, hatiku tetep bilang ayolah 9a dapat juara.
“9C”
OHH SH!T. Sempat kurasa kecewa namun masih ada juara ketiga.
“Juara ketiga jatuh pada kelas.....”
Ini dia. Aku masih berharap, meski hanya juara III setidaknya kami masih bisa mencicipi manisnya mendapatkan penghargaan.
“9E”
FVCK H3LL. Gagal lagi. Begitu pikirku, sekarang tinggal juara I. Hal yang rasa2nya nggak mungkin didapatkan oleh kelas 9a. Bahkan semua anggota 9a udah ketawa2 bilang gak mungkin, gak mungkin 9a juara I. Ya aku juga realistis, hampir tidak mungkin kelasku mendapat juara I. Namun, hampir tidak mungkin kan? Berarti kita masih memiliki kesempatan.
“Juara pertama jatuh pada kelas.....”
Pak Syahril pending kira2 10 detik namun bagiku itu 10 detik terlama. “Perasaanku udah gak enak ni fiz.” Kataku pada Hafiz. Dari tadi kami berdua hanya ketawa2 ngatain 9a gak mungkin dapet juara.
“9A”
Kaget? Wajib. Shock? Apalagi. Ketawa? Itu paling penting. Semua ketawa gak percaya mendegar kelas 9A dipanggil. Heu, terbayar sudah upaya, kerja keras, serta kekompakan teman2ku. Kita mendapatkan juara karena upaya bersama. Well I think that was the sweetest moment with 9A.
Semua selesai , buku berjudul SMP selesai kugores dengan tinta kenangan. Entah akan terlupa atau terus diingat aku tak perduli. Satu hal yang kuyakini, semua kan tersimpan dalam hati.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
O ya aku mo minta maaf ya kalo aku punya salah (padahal ga da salah aku kan :P ). Ini fanfic aku ngerjain jam 2-4 pagi, jadi kalo ada ceritanya agak ngawur, gaje, kurang sesuai dengan fakta, ato apalah maklumin aja ya. Ada yang tersinggung? Sori lah wee aku cuman lagi kurker aja. Ceritanya gak menarik? Kirimin saran tar ku fix ato bikin baru.
Sylvan
Lamina
Bordeaux